Sabtu, 25 Februari 2012

LINK AKHDIAN-NET

Aqidah
|
Al-Quran
|
Do’a
|
Fiqih
|
Hadits
|
Pernikahan dan Keluarga Islami
|
Pemikiran Islam

LINK MAKTABAH ONLINE

Minggu, 19 Februari 2012

Akhir Baiat Dua Sekawan

Akhir Baiat Dua Sekawan

Hubungan berakhir setelah Nurhasan membelot.
Nurhasan Ubaidah bin Abdul bin Thahir bin Irsyad atau Madigol, adalah sang pendiri Islam Jamaah kelahiran Kediri 1915. Sebelum mendirikan Islam Jamaah/Darul Hadits, Nurhasan pernah berbaiat kepada Wali Al-Fatah, imam Jamaah Muslimin (Hizbullah), sebelum akhirnya membelot.
Imam Jamaah Muslimin (Hizbullah) saat ini, Muhyiddin Hamidy mengisahkan, pertemuan antara Wali Al-Fatah dengan Nurhasan terjadi pada tahun 1956.
Kata Hamidy, saat itu Al-Fatah tertarik bertemu dengan Nurhasan setelah mendapat kabar bahwa Nurhasan adalah ahli Hadits lulusan Makkah yang mendirikan pesantren di Kediri, Jawa Timur.
Keduanya lalu bertemu di Jakarta. Mereka berdiskusi dan bersepakat soal perjuangan mendirikan khilafah tanpa jalur politik. Dari Al-Fatah, Nurhasan mendapat pemahaman tentang jamaah, imamah, dan baiat.
“Nurhasan tertarik kemudian berbaiat bergabung dengan Jamaah Muslimin. Nurhasan lalu diangkat sebagai Amir Tarbiyah wat Ta’lim,” kata Hamidy yang diangkat menjadi Imam setelah meninggalnya Al-Fatah pada November 1976.
Hamidy yang saat itu masih berumur 20-an melihat sebagian anggota Jamaah Muslimin belajar ke pesantren Nurhasan, Darul Hadits di Kediri. Saat itu Jamaah Muslimin masih berjumlah ratusan dan belum memiliki pesantren.
Namun kata Hamidy, kemesraan itu hanya berlangsung singkat. “Sekitar dua–tiga tahun berjalan, Nurhasan yang merasa lebih alim membelot dan membentuk jamaah sendiri. Dia pun memerintahkan semua muridnya untuk membaiatnya,” kata Hamidy.
Sejak itu, kata Hamidy, Nurhasan membuat ajaran-ajaran baru untuk melanggengkan kepemimpinannya. Di antaranya adalah konsep manqul, yakni ilmu agama (al-Qur`an dan as-Sunnah) harus dipelajari langsung dari Nurhasan, atau lewat orang yang telah belajar langsung dengannya. Kalau tidak, maka ilmunya dianggap tidak sah, ibadahnya tidak sah, dan Islamnya juga tidak sah.
Ajaran manqul yang berujung pada aksi menajiskan dan mengkafirkan orang Islam di luar jamaahnya ini mengantarkan Nurhasan ke dalam bui. Belum setahun sejak aksi membelotnya kepada Al-Fatah, Nurhasan ditangkap aparat Koramil.
Dari dalam bui, Nurhasan mengirim muridnya untuk menghadap Al-Fatah yang juga menjabat Kepala Biro Politik Departemen Dalam Negeri agar membantu membebaskannya. Al-Fatah masih sudi membantu membebaskannya.
Setelah bebas, Nurhasan sowan ke Jakarta untuk berbaiat ulang kepada Al-Fatah. Dalam surat baiat keduanya ini, Nurhasan juga memerintahkan murid-muridnya untuk berbaiat dan masuk ke dalam Jamaah Muslimin (Hizbullah).
Namun, lagi-lagi Nurhasan membelot. Kepada murid-muridnya, dia mengatakan baiatnya kepada Al-Fatah sebagai bentuk muslihat (fathanah) saja. Tidak lama Nurhasan kembali ditangkap polisi karena ajarannya yang meresahkan. Kali ini Al-Fatah enggan mengulurkan bantuannya.
Pada 29 Oktober 1971, ajaran Islam Jamaah/Darul Hadits resmi dilarang lewat Keputusan Jaksa Agung. Sejak itu, jamaah Nurhasan berkali-kali berganti nama seperti YAKARI dan LEMKARI. Akhirnya pada Mubes ke-4 LEMKARI, 21 November 1990 ditetapkan menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Bambang Irawan, mantan tangan kanan Nurhasan yang menyatakan keluar dari Islam Jamaah pada awal tahun 1980-an, mengatakan, jamaah Nurhasan sempat akan dibasmi oleh pemerintah usai pelarangan oleh Jaksa Agung pada 1971 itu. Namun, Bambang bergerak cepat dan melobi Ali Murtopo, dan menjanjikan dukungan Islam Jamaah kepada pihak penguasa. Hal itu diceritakan Bambang sepekan sebelum wafatnya pada 29 November 2010 lalu.
Sihir Nurhasan
Hamidy mengatakan, saat hubungan Nurhasan dengan Al-Fatah masih baik, Nurhasan bisa bertandang ke Jakarta dua kali sebulan. Nurhasan datang bersama jamaahnya mengendarai sepeda motor besar Harley Davidson. “Setiap kali datang, selalu membawa istri baru. Usianya muda-muda,” kata Hamidy.
Hal tersebut juga dibenarkan istri mendiang Bambang Irawan, Siti Maryam dan sejumlah mantan mubaligh dan mubalighah LDII. Nurhasan dikabarkan pernah menikah hingga 23 kali.
Kata Hamidy, jika di depan Al-Fatah, Nurhasan selalu menunduk dan menjaga perkataan. Tetapi kepada orang lain, perkataannya lebih mirip preman dan sering beraksi seperti tukang sihir. Sepeti mengendarai motor dengan berdiri dan mata tertutup, memasak telur di kepala, bermain ular, hingga berguling-guling di atas duri.
Nurhasan juga sering menggunakan kata-kata porno, semisal (maaf) kemaluan perempuan, ketika menyebut orang-orang di luar jamaahnya. Di antara ucapannya yang masih tergolong “sopan” : sakliyane jamaah koyodene sak kusir-kusir-e, sak jaran-jaran-e, sak teletong-teletong-e (selain jamaah kita bagaikan kusir sekalian dengan kuda-kudanya, sekalian dengan kotoran-kotorannya).
Imam Nasai, Muhammad Rusli, dan Diah Rudiah, mantan mubaligh dan mubalighah LDII mengaku kata-kata kotor dan porno tersebut lazim digunakan. Bukan hanya dalam percakapan antar muda-mudi, tapi juga oleh para mubaligh ketika menyampaikan pengajian di hadapan para jamaah.
“Bahkan kata-kata itu juga ada di teks taklim daerahan yang dibacakan kepada jamaah setiap pekannya,” kata Rusli yang asli Gorontalo ini.
Akibat hal itu pula, setiap tahun selalu saja ada santri-santriwati yang menjalani hukuman kafarah dosa zina. Menurut para mantan mubaligh LDII, jamaah LDII diwajibkan membayar sejumlah uang untuk setiap pengakuan dosa, seperti onani, zina, hingga aborsi.
Menurut Zulfikar Sandala, mantan LDII yang berdomisili di Bitung, Sulawesi Utara, setidaknya ada empat hingga lima orang santriwati yang menjalani kafarah zina di pesantren pusat LDII di Burengan, Kediri. “Kalau laki-laki dihukum di Jombang. Jumlahnya lebih banyak lagi,” ujar Zulfikar yang pernah menjadi petugas keamanan di Burengan selama dua tahun ini.
LDII = Islam Jamaah
Menyusul deklarasi paradigma baru LDII pada tahun 2007 lalu, Pusat Penelitian Kehidupan Beragama Kementerian Agama RI berinisiatif melakukan penelitian ke delapan kota. Di antaranya Makassar, Nganjuk, Karawang, Jakarta Timur, Palembang, Jombang, Tasikmalaya, dan Kalimantan Selatan.
Penelitian tersebut rampung pada tahun 2009. Pihak Kemenag tidak pernah mempublikasikan hasil penelitian tersebut. Namun Suara Hidayatullah mendapatkan salinan hasil penelitian tersebut.
Kesimpulannya, LDII telah melakukan perubahan dalam berinteraksi dengan pihak di luar jamaahnya. Meski demikian, Puslitbang mencatat, LDII masih cenderung tertutup ketika ditanya soal keimaman, jamaah, amir, ataupun baiat. Terlebih jika ditanya perihal Nurhasan.
Hal ini dikatakan seorang mantan peneliti Puslitbang, Mazmur Sya’roni. Katanya, saat melakukan penelitian di Gading Mangu, Jombang, dia mendapati masjid LDII dinamakan dengan Luhur Nurhasan. “Tapi ketika mereka ditanya siapa Nurhasan, mereka menjawab, ‘Tidak tahu’. Atau, alasannya, ‘Saya orang baru’,” kata Mazmur menjelaskan.
Oleh karena itu, Mazmur memutuskan untuk menyusup ke Pondok Pusat LDII Burengan, Kediri. Atas bantuan orang dalam, dia bisa menginap selama tiga hari di sana. Mazmur berada di Pondok Burengan pada 16–19 April 2010, bertepatan dengan acara Khataman Sunan Ibnu Majah jilid 2.
Dari para penceramah LDII tersebut, Mazmur mendapatkan bahwa LDII memang kelanjutan dari ajaran Nurhasan, yakni Islam Jamaah. Mazmur juga sempat menyaksikan pembacaan Hadits oleh Amir LDII/Islam Jamaah, Sultan Aulia. “LDII memang Islam Jamaah,” kata Mazmur kepada Suara Hidayatullah.
Menurut seorang sumber di Puslitbang, Mazmur memang melakukan penelitian tersendiri ke pusat LDII di Kediri. Namun, katanya, pihak Puslitbang tidak berani menyebarkan hasil penelitian tersebut. “Tekanannya besar, Mas,” kata sumber tersebut.* Suara Hidayatullah, Agustus 2011

Selasa, 14 Februari 2012

NABI MUHAMMAD S.A.W. RAHMAT BAGI SELURUH ALAM,

NABI MUHAMMAD S.A.W.
RAHMAT BAGI SELURUH ALAM,
Oleh:
Ustaz Syed Hasan Alatas
“Tiadalah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi Rahmat bagi sekalian alam.”  (Quran s. al- Anbiya : 107)
Peribadi Nabi Mohammad s.a.w. sungguh menarik hati seluruh manusia yang mengakui kebenaran, keperibadian Rasulallah jelas diterangkan dalam al-Quran antaranya Allah berfirman yang bermaksud:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah (kepadamu Muhammad s.a.w) , engkau telah bersikap lemah lembut kepada mereka. Kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari kamu. Oleh itu ma’afkanlah mereka (mengenai kesalahan yang mereka lakukan terhadap engkau, dan mohonlah keampunan bagi mereka, dan juga bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (permasaalahan keduniaan) itu. Kemudian setelah engkau berazam (untuk membuat sesuatu) maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertawakkal kepadaNya. (al-Quran s. Ali Imran: 159)
Ini salah satu sifat terpuji dari peribadi Nabi Muhammad s.a.w. diantara banyak lagi sifat terpuji yang dimiliki oleh Rasulallah s.a.w., sehingga menyebabkan baginda Nabi s.a.w. telah dapat membawa suatu perubahan yang luar biasa terhadap masyarakat ummat manusia, khasnya masyarakat Arab di zaman jahiliah .
Sebelum Islam, Dunia berada dalam kegelapan, terutama sekali   dunia Arab. Penyembahan kepada Tuhan yang Maha Esa, telah bertukar kepada penyembahan kepada berhala yang mereka ciptakan sendiri. Perikemanusiaan telah bertukar  kepada sifat-sifat kebinatangan; yang kuat menindas yang lemah, yang kaya memeras yang miskin, wanita dijadikan sebagai alat pemuas nafsu ataupun sebagai iklan untuk melariskan perniagaan, jika lahir anak lelaki mereka sungguh gembira, akan tetapi jika lahir perempuan mereka sampai hati membunuhnya. Ramai pula mereka yang mengamalkan cinta sesama sejenis, lelaki dengan lelaki, perempuan dengan perempuan, kalau ini terus dibenarkan apa akan jadi terhadap ummat manusia didunia ini, sudah tentu mereka akan pupus, keturunan mereka  akan terputus, inilah yang telah diamalkan oleh kaum Luth.
Sebelum Islam Dunia Arab berpecah belah, Yaman dikuasai oleh Kerajaan Persia, dan Habasyah, disamping dikuasai oleh ketua-ketua kabilah. Iraq dikuasai oleh Manazirah yang tunduk kepada kerajaan Romawi. Najd dan Hijaz dikuasai oleh kabilah Arab yang masing-masing berdiri sendiri. Perpecahan dan permusuhan diantara mereka berlarutan beratus tahun, sehingga bangsa Arab mundur dalam banyak hal.
Setalah Islam dibawah pimpinan Nabi Muhammad s.a.w. bangsa  Arab telah disatukan, dibawah satu pimpinan. Mereka menjadi Ummat yang maju dalam berbagai bidang, malah dapat mengalahkan dua kerajaan besar Rome dan Parsi. Selanjutnya para sahabat telah mengembangkan Islam kemerata tempat di dunia ini.
Ummat Islam telah membawa  perubahan  besar di Timur ataupun di Barat. Amat menyedihkan setelah Ummat Islam meninggalkan ajaran Islam yang menyeru kepada kebenaran dan keadilan, dan mereka terikut-ikut hanyut dalam kancah  bertuhankan hawa nafsu, maka semenjak itu ummat Islam menjadi lemah, mereka dapat dikalahkan oleh musuh-musuh Islam, sehingga meskipun jumlah Ummat Islam melebihi seperlima  penduduk dunia, dan memiliki jumlah sumber kekayaan yang melimpah ruah, tetapi semua itu tidak  membawa manfaat apa-apa. Malah ummat Islam dipermainkan,  dihina, ditindas. Semua ini terjadi  karena kesalahan Ummat Islam  sendiri,  oleh itu telah tiba masanya seluruh Ummat Islam kembali kepada al-Quran dan Sunnah Nabi s.a.w. Insya Allah Ummat Islam akan memperoleh kemuliaan dan kesejahteraan yang telah pernah mereka miliki di zaman Rasullah s.a.w. dan para sahabatnya yang terpilih, Insya Allah.
Rasulallah s.a.w.adalah contoh teladan yang sebaik-baiknya bagi kita, dalam  semua hal, sebab nabi s.a.w. telah berjaya membawa perubahan yang luar biasa dalam semua bidang dalam masa yang begitu singkat (hanya 23 tahun). 
Baginda telah berjaya merubah  masyarakat musyrikin, yang menyembah berhala, berpecah belah, bersuku puak, zalim, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya memeras yang miskin, yang pandai menipu yang bodoh bahkan bertebaran kejahatan di daratan dan di lautan disebabkan amal perbuatan mereka. 
Semuanya itu telah dirobah, menjadi masyarakat yang hanya menyembah Allah s.w.t. Masyarakat yang berpecah belah, bersuku puak, telah dipersaudarakan menjadi satu masyarakat yang bersatu padu. 
Masyarakat yang zalim, menjadi masyarakat yang harmonis dimana si lemah dilindungi, si miskin dibela nasib mereka, wanita mendapat hak-hak mereka yang sebelumnya mereka tak punya nilai, hanya sebagai alat untuk pemuas nafsu lelaki sahaja, malah mereka  dibunuh hidup-hidup. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi s.a.w.dari sehari ke sehari terus mendapat sambutan dari orang ramai. Pimpinan Quraisy semakin khuatir, kepimpinan mereka akan beralih kepada kepimpinan Nabi s.a.w. Oleh itu mereka bekerja keras untuk menghalang perkembangan Islam dengan berbagai cara.  Tetapi semua usaha mereka yang jahat itu tak dapat menyekat usaha gigih Nabi s.a.w. dan pengikutnya yang setia. Melihat kegagalan demi kegagalan yang mereka alami, maka pihak penguasa Quraisy, mulai berlembut dan mengajak bekerjasama untuk menghilangkan segala perbedaan yang ada.
Sebagai permulaan mereka sanggup menyembah Allah s.w.t. di satu masa dan di lain masa pula nabi s.a.w. dan ummat Islam diminta menyembah berhala yang mereka ciptakan. Semua ajakan tolak ansur yang menyesatkan ini, juga ditegah untuk diamalkan. 
Kita dilarang keras menyembah makhluk, sama ada (apakah) dia berhala,  manusia, ataupun haiwan dsb. 
Allah s.w.t.berfirman yang bermaksud: "Katakanlah (wahai  Muhammad): "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah. Aku tak pernah menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu pula tidak pernah menyembah apa yang aku sembah. Bagi kamu agama kamu, dan bagiku agamaku."
(Q.S.al-Kaafirun:1-6)
Inilah suara Iman dan Tauhid yang sebenarnya. Kita dilarang keras  menyengutukan Allah dengan apapun juga. Semua dosa Allah akan ampunkan kecuali  dosa mensyarikatkan (menyengutukan)  Allah, tidak akan diampunkan oleh Allah s.w.t.
Pemimpin Quraisy menjadi berang, mereka berusaha pula mengadakan berbagai tekanan yang lainnya, yang kemuncaknya dengan mengambil suatu keputusan bersama, untuk memulaukan Nabi s.a.w.dan para pengikutnya yang setia, supaya nabi s.a.w. dan pengikutnya menjadi lemah dan menyerah kalah. Pimpinan Quraisy mengadakan pertemuan dan mengambil suatu keputusan  bertulis, dan digantungkan di ka'bah, sebagai satu keputusan yang mesti  dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua suku Quraisy untuk memulaukan Nabi  s.a.w. dan kaum beliau Bani Hasyim, antaranya isi dari keputusan itu ialah:
(1) Melarang semua orang Quraisy berurusan perniagaan dengan Nabi dan  pengikut Nabi s.a.w. terutama bani Hashim dan bani Muthalib.
(2) Tidak boleh mengadakan ikatan pernikahan dengan kaum Muslimin.
(3) Melarang sesiapapun untuk bergaul dengan Muhammad dan pengikutnya.
(4) Pihak Quraisy akan bekerjasama dan membantu sesiapa yang sedia memusuhi Muhammad dan pengikutnya.
Teks perjanjian itu disahkan oleh semua pemuka Quraisy dan dilaksanakan  dengan tegas.
Abu Thalib bapa saudara nabi s.a.w. sebagai pendukung dan pembela utama Nabi s.a.w. menjemput semua kerabat nabi s.a.w.dari keturunan Bani Hasyim, dan meminta mereka supaya bertanggung jawab dan membela Nabi s.a.w.Semua  kerabat Nabi s.a.w. daripada kalangan  Bani Hasyim diarahkan berkumpul di sebuah lembah gersang, yang terkenal dengan nama lembah Abu Thalib. Pemulauan ini berjalan selama tiga tahun. Kezaliman yang diluar perikemanusiaan ini, terpaksa ditangggung oleh semua keluarga Bani Hasyim, dalam suasana kekurangan makanan dan minuman, sehingga ada yang terpaksa memakan umbut-umbut rumput, kulit binatang, dan sebagainya demi mengisi perut yang sedang dalam kelaparan.
Setamatnya pemulaun Quraisy terhadap Nabi s.a.w. dan suku kaum Nabi yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib, baginda Nabi  Muhammad s.a.w. tidak menghentikan dakwahnya, malah Nabi meneruskan perjuangannya mengajak manusia ke jalan yang benar.
Pada suatu masa, Nabi pergi  ke Thaif mengajak kaum shakif kepada Islam, sayang sekali seruan Nabi s.a.w. dibalas dengan ejekan dan lemparan batu oleh kaum durhaka disitu sehingga  darah bercucuran ditubuh Nabi s.a.w. akibat lemparan batu dan benda-benda keras lainnya. Meskipun demikian Nabi s.a.w hanya berdoa : “Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahuinya”
Berkat kesabaran dan usaha yang gigih dalam perjuangan, maka hati manusia mulai terbuka kepada Islam, terutama mereka yang telah dianiaya dan dizalimi. Mereka memeluk Islam, dan mengamalkan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Mereka tertarik terutama kepada keperibadian Nabi s.a.w. yang sederhana suka membantu fakir miskin, yatim piatu  dan janda, mengasihi mereka yang lemah, sedia memaafkan musuh, membenci keganasan, cintakan ilmu  pengetahuan, sehingga dalam  masa yang singkat (23 tahun) Islam  berkembang dengan  pesatnya keseluruh semenanjung tanah Arab.
Nabi s.a.w. begitu kasihkan isterinya Siti Khadijah, sehingga baginda hidup rukun dan damai dengan isterinya Khadijah hingga isterinya wafat, yaitu selama 28 tahun isteri nabi hanya Kadijah seorang sahaja. Nabi s.a.w berkahwin lain setelah wafatnya Siti Khatijah. Dikalangan isteri baru Nabi s.a.w,  yang gadis hanya siti Aisyah seorang. Kebanyakan yang lainnya terdiri para janda untuk menyelamatkan anak-anak yatim, yang menjadi tanggungan mereka, dan perkawinan Nabi selanjutnya juga untuk menarik kabilah-kabilah ke dalam Islam.
Quraisy Melanggar  Perjanjian Hudaibiya
Ketika Quraisy melanggar perjanjian  dengan Nabi s.a.w.  dimana  sekutu mereka  Banu Bakr telah menyerang dan membunuh pihak Khuza’a , maka pihak Khuza’a meminta  pertolongan Nabi s.a.w. Maka Nabi s.a.w. bersama 10,000 orang tentera Islam berangkat untuk melancarkan serangan balasan keatas kaum Quraisy di Makkah. Sebelumnya memasuki kota Makkah terlebih dahulu Nabi Muhammad s.a.w. memberi  nasihat kepada tentera Islam, supaya tidak membunuh orang tua, wanita, kanak-kanak, tidak menceroboh dan merosakkan tanaman, tidak membunuh haiwan, untuk tidak sampai  banyak kerosakan. Nabi juga menyeru  barangsiapa menutup pintu rumah masing-masing mereka akan selamat, barangsiapa berlindung di Kabah ia akan selamat, malah setelah Abbu Sufyan (Ketua kaum Quraisy) masuk Islam, nabi s.a.w. juga memberi kesempatan barangsiapa berlindung  di rumah Abu Sufyan juga dijamin keselamatannya.
Sementara  dalam  persiapan peperangan tiba-tiba  Saad bin “Ubada berkata :”Hari ini adalah hari peperangan, hari dibolehkannya segala yang terlarang…..’
Hal ini telah melanggar perintah Nabi  s.a.w. dimana kaum Muslimin  dilarang membunuh penduduk Makkah. Oleh karena itu Nabi mengambil bendera komando dari  tangan Sa’ad  dan diserahkan kepada anaknya yang bernama Qais, terselamatlah  penduduk Makkah dari menjadi korban peperangan, dengan demikian kota Makkah  telah dapat dikuasai dengan  menyelamatkan ramai nyawa mereka yang tidak bersalah. Bukan itu saja malah Nabi s.a.w. telah memberikan pengampunan Umum, termasuk mereka yang telah banyak berbuat kesalahan dan kezaliman dan penganiayaan kepada nabi  dan pengikutnya. Nabi s.a.w. mengatakan
Pergilah kamu sekaliah. Kamu sekarang sudah bebas.”
Setelah memasuki kota Makkah Nabi Muhammad s.a.w. mengeluarkan perintah jangan ada seorangpun dibunuh, jangan ada pertumpahan darah. Mereka yang telah melakukan banyak kesalahan dan khuatir dibunuh,  lalu menyembunyikan diri mereka, akan tetapi akhirnya keluar juga setelah menyaksikan sendiri betapa kasih sayang Nabi s.a.w. yang telah mengampun secara beramai-ramai, akhirnya mereka keluar dan datang kepada Nabi s.a.w. memohon supaya dimaafkan, dan Nabi s.a.w. memaafkannya.
Ramai manusia terkeliru terhadap Islam disebabkan mereka tidak mengenal Islam, dan ramai yang melemparkan tuduhan keji kepada Nabi Muhammad s.a.w., disebabkan  mereka tidak mengenal siapa baginda. Akan tetap bagi mereka yang   mahu mengkaji Riwayat hidup Nabi Muhammad s.a.w. akan mengakui tentang betapa tingginya keperibadian Nabi  s.a.w. sehinggakan Ummat Islam sanggup mengorbankan apa saja demi kecintaan mereka  kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Dimuatnaik ulang dari http://www.shiar-islam.com/doc70.htm

Dakwah Nabi Kepada Kaisar

  • Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)

Dakwah Nabi Kepada Kaisar

Bazzar telah memberitakan dari Dihyah Al-Kalbi ra. katanya: Aku telah diutus oleh Rasulullah SAW dengan membawa sepucuk surat kepada Kaisar, Pembesar Romawi. Bila aku tiba di negerinya, aku terus mendatanginya, lalu aku serahkan surat itu kepadanya, sedang di sampingnya keponakannya yang berkulit merah, dan berambut lurus. Dia pun membaca surat itu yang berbunyi (Nas surat menyurat itu tersebut di dalam Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:83). "Dari Muhammad Utusan Allah, kepada Heraklius, Pembesar Romawi."

Mendengar bunyi surat itu, Pembesar Romawi mulai marah, lalu menyanggah: "Surat ini tidak boleh dibaca sekarang!" dia menyeringai. "Kenapa?" tanya Kaisar. "Dia memulai dengan namanya dulu sebelum engkau. Kemudian dia memanggilmu dengan pembesar Rom, bukan Maharaja Rom!". "Tidak", sambut Kaisar, "biar surat ini dibaca untuk diketahui isinya". Surat Nabi SAW itu terus dibacakan hingga selesai, dan setelah semua pengiring-pengiring Kaisar keluar dari majlisnya, aku pun dipanggil untuk masuk.

Bersamaan dengan itu dipanggilkan Uskup yang mengetahui seluk-beluk agama mereka. Kaisar lalu memberitahu Uskup itu, dan dibacakan sekali lagi surat itu kepadanya. "Inilah yang selalu kita tunggu-tunggu, dan Nabi kita Isa sendiri telah memberitahukan kita lama dulu!" jawab Uskup itu kepada Kaisar. "Apa pendapatmu yang harus aku buat?" tanya Kaisar kepada Uskup. "Kalau engkau tanya pendapatku, aku tentu akan mempercayainya dan akan mengikut ajarannya", jawab Uskup dengan jujur. "Tetapi aku jadi serba salah", kata Kaisar, "Jika aku ikut nasihatmu, akan hilanglah kerajaanku!".

Kami pun keluar meninggalkan tempat itu. Dan kebetulan sekali, waktu itu, Abu Sufyan bin Harb sedang berada di Rom. Abu Sufyan dipanggil oleh Kaisar ke istananya dan ditanyakan tentang diri Muhammad SAW itu.

"Coba engkau beritahu kami tentang orang yang mengaku Nabi di negerimu itu?" tanya Kaisar.

"Dia seorang anak muda", jawab Abu Sufyan.

"Bagaimana kedudukannya dalam pandangan masyarakat kamu, dia mulia?".

"Tentang kedudukannya dan keturunannya, memang tiada siapa yang melebihi kedudukan dan keturunannya!" jawab Abu Sufyan jujur.

"Ini tentulah tanda-tandanya kenabian." Kaisar berbisik-bisik kepada orang-orang yang di sampingnya.

"Bagaimana bicaranya, adakah dia selalu berkata benar?"

"Benar", jawab Abu Sufyan. "Dia memang tidak pemah berkata dusta".

"Ini lagi satu tanda-tandanya kenabian!" Kaisar terus berbisik-bisik kepada orang-orang yang mengiringnya itu. "Baiklah", kata Kaisar lagi. "Orang yang rnengikutnya dari rakyatmu itu, adakah dia meninggalkan agamanya, lalu kembali semula kepadamu?"

"Tidak", jawab Abu Sufyan.

"Ini lagi satu tanda-tandanya kenabian!" kata Kaisar pula. "Adakah terjadi peperangan di antara kamu dengannya?"

"Ada!" jawab Abu Sufyan.

"Siapa yang selalu menang?"

"Kadang-kadang dia mengalahkan kita, dan kadang-kadang kita mengalahkannya", jelas Abu Sufyan.

"Ini lagi satu tanda-tanda kenabian!" kata Kaisar Romawi itu.

Berkata Dihyah Al-Kalbi ra. seterusnya: Maka aku pun dipanggil oleh Kaisar Romawi itu, seraya dia berkata kepadaku: "Sampaikanlah berita kepada pembesarmu itu, bahwa aku tahu dia memang benar Nabi", dia menunjukkan muka yang sungguh benar dalam kata-katanya. "Tetapi apa daya", katanya lagi, "aku tak dapat buat apa-apa, kerana aku tidak bersedia ditumbangkan dari kerajaanku!" Kata Dihyah Al-Kalbi ra. yang menghayati semua peristiwa ini.

Adapun sang Uskup itu pula, maka ramailah orang yang datang ke gerejanya setiap hari Ahad. Dia terus menemui mereka dan menyampaikan semua ajaran Nasrani itu. Memang itulah kerjanya setiap hari Ahad. Tetapi apabila tiba hari Ahad sesudah pertemuan itu, dia terus berdiam di rumahnya, tiada mau keluar seperti biasanya. Sesudah perkenalan hari pertama, memang aku sering datang kepadanya untuk berbicara mengenai agama Islam, dan dia terus-menerus menanyakanku tentang Nabi SAW.

Ahad berikutnya, Uskup itu terus berdiam diri, dan orang ramai merasa kecewa menunggu, namun dia tidak datang juga. Maka datanglah orang ke rumahnya menanyakan kabar, maka dia minta diuzurkan kerana sakit. Hal serupa ini berlangsung sehingga berkali-kali, sehingga orang mencurigainya. Mereka lalu mengirim utusan kepada Uskup itu, memberikan peringatan kepadanya, jika tidak mau datang juga ke gereja untuk menyampaikan ajarannya, maka mereka akan datang beramai-ramai ke rumahnya dan akan membunuhnya, kerana mereka telah menyangka, bahwa sejak datangnya si orang Arab itu ke Rum, sikap Uskup telah banyak berubah.

Uskup Romawi itu pun memanggilku datang ke rumahnya. "Ini suratku, ambillah dan serahkan kepada pembesarmu itu", pesan Uskup itu dengan hati yang tidak tenang. "Sampaikan salamku kepadanya, dan beritahukan bahwa aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahawasanya Muhammad itu adalah Utusan Allah. Katakan juga, bahwa aku beriman dengannya, mempercayainya, dan menjadi pengikutnya. Dan kaumku telah mengingkari semua kata-kata dan nasihatku, kemudian engkau ceritakanlah pula apa yang engkau saksikan itu", pesan Uskup itu kepadaku. Apabila Uskup itu enggan datang ke gereja lagi, mereka marah, lalu mereka membunuhnya. (Al-Haitsami: Majma'uz-Zawa'id 8:236-237. Abu Nu'Alm pula meriwayatkan cerita yang sama, tetapi ringkas, dalam Dalaa'ilun-Nubuwah, hal. 121.)

Abdan memberitakan dari Ibnu Ishak yang menukil dari beberapa orang yang mengetahui peristiwa ini, katanya bahwa Heraklius berkata kepada Dihyah Al-Kalbi ra. "Celaka engkau, memang demi Allah, aku tahu bahwa pembesarmu itu adalah Nabi yang diutus, dan dialah orang yang kita tunggu selama ini, dan sifatnya tersebut di dalam kitab kami. Akan tetapi, apa daya, aku bimbang aku akan ditumbangkan dari kerajaanku. Kalau tidak kerana itu, tentu aku akan mengikutnya. Coba engkau pergi kepada Uskup kami dan jelaskan tentang perkara pembesarmu itu, kerana Uskup itu lebih dihormati orang dari hal agama dan bicaranya tentu lebih diterima!".

Maka Dihyah pun mendapatkan Uskup itu dan menceritakan berita yang dibawanya itu, maka setelah didengar semua berita itu, Uskup itu berkata: "Pembesarmu itu, demi Allah, adalah seorang Nabi yang diutus, kami mengetahuinya dengan sifat-sifatnya dan namanya!" Uskup itu lalu melepaskan pakaian gerejanya, dan menukarnya dengan pakaian serba putih. Dia pun keluar di khalayak ramai sambil mengisytiharkan penyaksiannya menjadi Islam. Orang ramai pun mengerumuninya dan membunuhnya. (Al-Ishabah 2:216)

Sifat-Sifat Para Sahabat

  • Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)

Sifat-Sifat Para Sahabat (1)

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah mengeluarkan berita ini dari As-Suddi dalam maksud firman Allah ta'ala: "Kamu adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia..." (Ali Imran: 110). Berkata Umar bin Al-Khatthab ra.: Jika Allah berkehendak niscaya Dia telah mengatakan Antum, yang termasuk semua kita. Akan tetapi Allah ta'ala mau mengkhususkan Kuntum itu hanya buat para sahabat Nabi Muhammad SAW semata dan siapa yang membuat seperti yang dibuat oleh mereka saja, yang bakal menjadi sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia.

Tersebut pada Ibnu Jarir lagi yang meriwayatkannya dari Qatadah ra. katanya: Diberitakan kepada kami bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. pemah membaca ayat Kuntum khaira ummatin... kemudian dia berkata kepada orang ramai: "Hai manusia! Siapa yang mau dikategorikan ke dalam golongan orang yang disebutkan ayat tadi, maka hendaklah dia memenuhi syarat-syarat Allah padanya!"(Kanzul Ummal 1:238)

Abu Nu'aim telah-mengeluarkan dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Sesungguhnya Allah telah memandang pada hati para hambaNya,lalu dipilihnya Muhammad SAW dan dibangkitkanNya dengan perutusanNya, dan dilantikNya dengan pengetahuanNya untuk dijadikan Rasul. Kemudian Allah ta'ala memandang lagi pada hati manusia sesudah itu, lalu dipilihNya beberapa orang sahabat Nabi dan dijadikanNya mereka sebagai pembantu-pembantu agamaNya, dan sebagai wazir-wazir NabiNya SAW. Tegasnya, apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu baik, maka baiklah dia. Dan apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu buruk, maka buruklah dia dalam pandangan Allah".(Hilyatul-Auliya' 1:375)

Abu Nu'aim juga telah mengeluarkan dari Abdullah bin Umar ra. katanya: "Barangsiapa yang mau meniru, hendaklah ia meniru perjalanan orang yang sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, karena mereka itu adalah sebaik-baik ummat ini, dan sebersih-bersihnya hati, sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan seringan-ringannya penanggungan. Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi para sahabat NabiNya SAW dan bekerja untuk menyebarkan agamanya. Karena itu, hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan mereka. Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan lurus, demi Allah yang memiliki Ka'bah!"(Hilyatul-Auliya' 1:305)

Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Kamulah orang yang paling banyak puasanya, paling banyak shalatnya, dan terlalu banyak ijtihadnya dari golongan sahabat Rasulullah SAW namun begitu mereka itu, yakni para sahabat adalah lebih baik dari kamu! Mereka lalu berkata: "Hai bapak Abdul Rahman! Mengapa sampai begitu? Jawab Ibnu Mas'ud: "Sebab mereka itu lebih banyak berzuhud pada dunia, dan lebih kuat keinginannya pada akhirat!" (Hilyatul-Auliya' 1:136)

Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Abu Wa'il, yang mengatakan bahwa Abdullah bin Mas'ud pernah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orang-orang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat?! Lalu dijawab oleh Abdullah: Mereka itulah Ash-habul labiyah, yang mengikat janji antara satu dengan yang lain - dan mereka itu kesemuanya sebanyak 500 orang dari kaum Muslimin - agar mereka tidak akan kembali lagi sehingga mereka sekalian pupus sampai ke akhirnya. Merekalalu mencukur kepala mereka dan terus bertempur dengan musuh, sehingga semua mereka mati, kecuali orang yang membawa berita ini! (Hiyatul-Auliya' 1: 135)

Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Umar ra. bahwa dia pemah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orangorang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat? Ibnu Umar ra. Ialu menunjukkan makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar dan Umar, Ialu bertanya: Apakah engkau bertanya tentang mereka ini? (Hilyatul-Auliya' 1:307)

Ibnu Abid-dunia pula mengeluarkan dari Abu Arakah, Sekali peristiwa aku bershalat dengan Ali ra. shalat Subuh, dan setelah selesai shalat, dia lalu duduk miring ke kanan, berdiam diri dan tampak pada wajahnya ada tanda susah, sehingga apabila matahari meninggi setinggi tombak dia lalu bangun bershalat dua rakaat, kemudian dia membalik-balikkan tangannya, seraya berkata: Demi Allah, aku telah melihat sendiri betapa baiknya para sahabat Rasulullah SAW itu.

Tetapi sayang sekali, tiada seorang pun sekarang yang dapat menyerupai mereka. Mereka semua berwajah pucat berambut kusut masai, berpakaian compang-camping, laksana segerombolan kambing dalam gembalaannya. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud kepada Allah, bangun beribadat karena membaca Kitab Allah. tanda-tanda itu dapat dilihat pada dahi-dahi mereka dan tumit-tumit mereka. Bila mereka bangun pagi dan berzikir kepada Allah, mereka seolah-olahnya seperti pepohonan yang bergerak karena ditiup angin menderu, air mata mereka mengalir terus membasahi pakaian mereka.

Sayang sekali pada masa kini sudah tidak ada lagi orang yang menjejak perjalanan mereka itu, karena semua orang telah ditimpa kelalaian. Kemudian Ali ra. bangun dari tempatnya, dan kelihatan dia tidak pernah tertawa lagi selepas hari itu, sehinggalah dia dibunuh oleh Ibnu Muljam, musuh Allah yang jahat itu. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 8:6) Berita yang sama juga diriwayatkan oleh Abu Nu'aim (Hilyatul Auliya' 1:76) dan Ad-Dinauri, Al-Askari dan Ibnu Asakir (Kanzul Ummal 8:219) 
 

Sifat-Sifat Para Sahabat (2)

Abu Nu'aim telah mengeluarkan dari Abu Saleh, katanya: Pernah Dhirar bin Dhamrah Al-Kinani datang kepada Mu'awiyah, lalu Mu'awiyah berkata kepadanya: Sifatkanlah kepada aku tentang diri Ali itu? Maka berkata Dhirar: Apakah engkau akan memaafkanku nanti, hai Amirul Mukminin? Jawab Mu'awiyah: Baiklah, aku tidak marah kepadamu. Berkata Dhirar: Kalau sudah semestinya aku sifatkan, maka Ali itu, demi Allah, adalah jauh pandangannya, teguh cita-citanya, kata-katanya pemutus, hukumannya adil, ilmu terpancar dari sekitarannya, dan hikmat terus berbicara dari liku-likunya. Dia sentiasa membelakangi dunia dan kemewahannya, selalu menyambut kedatangan malam dan kegelapannya.

Dia, demi Allah, adalah kaya dalam ibaratnya, jauh pemikirannya, mengangkat kedua tangan seraya berkata-kata kepada dirinya. Pakaian yang kasar itulah yang selalu dipakainya, dan makanan yang rendah itulah yang sentiasa dimakannya. Dia tidak berbeza dengan salah seorang kami. Dia akan mengajak duduk bersamanya bila kami datang, dan sering menyahut bila kami menadah tangan. Meskipun dia terlalu akrab dengan kami, dan selalu duduk bersama-sama kami, namun tidak pernah berkata-kata dengan kami melainkan dengan penuh kehebatan. jika dia tersenyum, maka senyumannya umpama mutiara yang berkilau-kilauan. Dia selalu menghormati ahli agama, suka mendampingkan diri kepada orang miskin. Orang yang kuat tidak berharap akan terlepas dari kesalahannya, dan orang yang lemah tidak putus asa dari keadilannya.
Aku bersaksi bahwa aku telah melihatnya dalam keadaan yang sungguh mengharukan yakni ketika malam telah menabiri alam dengan kegelapannya, dan bintang-bintang menyiramkan sekitaran dengan cahayanya padahal dia masih tetap duduk di mihrab tempat sembahyangnya, tangannya terus menggenggam janggutnya, dia kelihatan sangat gelisah seperti gelisahnya orang yang menanggung perkara yang besar, dan dia menangis, seperti tangisannya seorang yang patah hati.

Telingaku masih terngiang-ngiangkan suaranya sekarang yang mengatakan:
Tuhanku! ya Tuhanku! Dia terus bermunajat kepadanya dengan mengadukan hal yang berbagai macam. Setelah itu, dia berkata pula kepada Dunia: Apakah tiada selainku yang engkau hendak perdayakan? Kenapa kepadaku engkau datang? Jauh panggang dari api! Pergilah perdayalah selain aku! Aku telah menceraikanmu. karena umurmu sangat pendek, kedudukanmu sangat hina, dan bahayamu mudah berlaku. Ah ... ah! Sangat sedikit bekalan yang di tangan, padahal pelayaran masih amat jauh, dan penuh dengan keharuan dan kedahsyatan!

Mendengar ratapan itu, Mu'awiyah tidak tertahan dirinya, dia terus menangis, dan air matanya menetes jatuh ke atas janggutnya. Dia segera mengelapnya dengan ujung pakaiannya. Orang-orang yang di majelisnya turut terharu sambil menangis. Mu'awiyah lalu berkata: "Memang benarlah apa yang engkau katakan tentang si bapak Hasan itu, moga-moga Allah merahmatinya. Tetapi, bagaimana engkau dapati dirimu dengan kehilangannya, hai Dhirar?!". Jawab Dhirar: "Kesedihanku atas kehilangannya umpama kesedihan orang yang dibunuh anaknya di hadapan matanya sendiri, air matanya tidak akan mengering, dan pilu hatinya tidak akan terlenyap". Kemudian Dhirar pun bangun dari majelis itu dan pergi meninggalkan Mu'awiyah dengan kawan-kawannya.
Cerita yang sama dikeluarkan juga oleh Ibnu Abdil Bar dari Al-Hirmazi, seorang lelaki dari suku Hamdan, yang menukil cerita itu dari Dhirar As-Shuda'i sendiri dengan ringkas. (Al-Isti'ab 5:44)

Abu Nu'aim mengeluarkan dari Qatadah, katanya: Pernah Ibnu Umar ra. ditanya: "Apakah para sahabat Nabi SAW pernah tertawa?". Jawabnya: "lya, akan tetapi iman yang bersarang di dalam hati mereka lebih memuncak dari tingginya gunung!" (Hilyatul-Auliya' 1:311)

Hannad pula telah mengeluarkan dari Said bin Umar Al-Qurasyi, bahwa Umar ra. pernah melihat satu rombongan yang datang dari negeri Yaman, yang tinggal di dalam sebuah kemah yang terbuat dari kulit, lalu dia berkata: Barangsiapa yang mau melihat contoh dari kehidupan para sahabat Rasulullah SAW, maka lihatlah kepada orang-orang ini! (Kanzul Ummal 7:165)

Al-Hakim pula telah mengeluarkan dari Abu Said Al-Maqburi, katanya: Apabila Abu Ubaidah ra. ditikam orang, dia lalu menyuruh Mu'az, katanya: Hai Mu'az! Shalatlah engkau dengan orang ramai!". Mu'az pun mengimami mereka. tidak berapa lama Abu Ubaidah ra. pun meninggal dunia. Maka Mu'az ra. pun berdiri di hadapan orang ramai berpidato: "Wahai sekalian manusia! Bertaubatlah kepada Allah dari semua dosa-dosa kamu dengan taubat nashuha! karena setiap hamba Allah yang menemui Allah dalam keadaan bertaubat dari dosa-dosanya, melainkan dia akan diampunkan Allah!".

Kemudian dia menyambung pidatonya lagi: "Wahai manusia! Sesungguhnya kamu sekalian telah kehilangan seorang tokoh, yang demi Allah, aku belum pernah melihat seorang hamba Allah sepertinya. Dia meskipun umurnya pendek, namun hatinya suci, tiada suka mengkhianati orang, sangat cinta kepada akhirat, sangat mengambil berat kepada urusan rakyat! Mohonkanlah doa sebanyaknya untuknya, dan keluarlah nanti ke tanah lapang untuk shalat ke atasnya! Demi Allah, kamu tidak bakal menemui seorang sepertinya lagi buat selama-lamanya! Kemudiab ramai manusia telah berkumpul untuk mengiringi jenazah Abu Ubaidah ra. ke tanah lapang. Mu'az ra. shalat ke atasnya bersama-sama orang ramai, kemudian mengiringi jenazahnya ke kuburan.

Mu'az bin Jabal, Amru bin Al-Ash dan Adh-Dhahhak bin Qais turut menurunkan jenazah itu ke dalam liang lahadnya, kemudian ditimbunkan tanah ke atas kubur itu. Ketika itu Mu'az bin Jabal berseru: "Hai Abu Ubaidah! Aku tetap akan memuji-mujimu, dan aku tidak berkata yang dusta, karena aku bimbang akan ditimpa kemurkaan Allah, jika aku berdusta. Hai Abu Ubaidah! Demi Allah, engkau sebenarnya tergolong orang yang banyak berzikir kepada Allah, tergolong orang yang berjalan di atas muka bumi ini dengan merendah diri, yang jika diajak bicara oleh orang-orang yang jahil (bodoh), dia akan mengatakan'selamatlah untukmu!', dan engkau juga termasuk orang yang bila bersedekah, tidak pernah boros atau kikir, bahkan senantiasa sederhana antara kedua segi itu, dan engkau demi Allah, termasuk orang yang selalu beramah-tamah, merendahkan diri, suka membelas-kasihani anak yatim dan orang miskin, dan sangat membenci orang yang berkhianat dan mengangkat diri! (Al-Mustadrak 3:264) 

Hijab (Tabir/Purdah) Isteri-Isteri Nabi SAW

  • Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)

Hijab (Tabir/Purdah) Isteri-Isteri Nabi SAW

Anas bin Malik ra. berkata, 'Pertama kali ayat tentang hijab diturunkan adalah ketika Rasulullah SAW menikahi Zainab binti jahsy. Pada pagi hari Rasulullah SAW menikahi Zainab beliau mengundang orang-orang lalu mereka makan dan kemudian pergi. Sekelompok orang masih tinggal bersama Nabi. Mereka tetap di sana untuk waktu yang lama. Rasulullah SAW bangkit dan aku pergi bersamanya hingga kami sampai di pintu ruangan 'Aisyah. Ketika beliau duga orang-orang itu mereka telah pergi, beliau kembali dan aku kembali bersamanya dan mereka ternyata sudah pergi. Maka beliau memasang tabir antara aku dan beliau lalu turunlah ayat tentang hijab,

"Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu memasuki rumah Nabi kecuali kamu diizinkan makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang, maka masuklah dan jika kamu selesai makan keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi, lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar). (QS. 33:53)
Dan aku berumur 15 tahun pada waktu itu.

Menurut ibnu Abbas, Ayat tentang hijab istri-istri Rasulullah SAW diturunkan ketika Umar ra. sedang makan bersama Nabi SAW. lalu tangannya menyentuh tangan salah seorang istri Nabi SAW, maka ayat tentang hijab diturunkan. Orang-orang bertanya kepada Zuhri, "Siapakah yang biasa mengunjungi para istri Nabi?" Dia menjawab, "Setiap orang yang mempunyai hubungan keturunan atau sesusuan yang menghalangi pernikahan". Ditanyakan, "Bagaimana dengan orang-orang lain?" Dia menjawab, "Mereka harus menyelubungi diri dari mereka. Mereka harus berbicara dari balik tabir. Dan tabirnya hanya selapis". Pernah juga Ummu Salamah dan Maimunah sedang bersama Nabi SAW, tiba-tiba lbnu Ummi Maktum masuk. Peristiwa itu terjadi setelah hijab diturunkan. Nabi SAW berkata kepada istri-istrinya, "Selubungilah diri kalian darinya." lstrinya bertanya, "Ya Rasulullah SAW, bukankah dia buta?" Beliau SAW menjawab, "Apakah kalian juga buta? Tidakkah kalian melihatnya?"

Rumah Isteri-Isteri Nabi SAW

  • Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)

Rumah Isteri-Isteri Nabi SAW

Ketika rombongan keluarga Nabi SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. sampai di Madinah, ketika itu Rasulullah SAW sedang membangun masjid dan ruangan-ruangan di sekeliling masjid itu. Lalu Nabi SAW menempatkan mereka di sebuah rumah milik Haritsah bin Nu'man ra. Rasulullah SAW menyempurnakan pernikahannya dengan 'Aisyah di ruangan itu. Dan Rasulullah SAW pun dikuburkan di tempat yang sama. Haritsah bin Nu'man memiliki beberapa rumah di sekitar masjid Nabawi. Apabila Rasulullah SAW menikahi seseorang, maka Haritsah akan pindah dari rumahnya demi beliau, sehingga akhirnya semua rumahnya digunakan untuk Rasulullah SAW dan istri-istri beliau. Nabi SAW membuat pintu masuk ke masjid meialui pintu kamar 'Aisyah. Sehingga diriwayatkan bahwa ketika beliau sedang beri'tikaf, beliau nienjengukkan kepalanya dari masjid lewat pintu 'Aisyah. lalu 'Aisyah mencuci kepala beliau sementara dia sedang haid.

Setelah perombakan demi perombakan, akhirnya rumah para istri Nabi SAW harus digusur pada masa Walid bin Abdul Malik. Abdullah bin Yazid berkata tentang kejadian penggusuran itu, "Aku melihat rumah-rumah istri Rasulullah SAW ketika dihancurkan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul Malik. Rumah-rumah itu disatukan dengan masjid. Rumah-rumah itu terbuat dari bata kering, dan ruangan-ruangannya dibuat dari batang pohon kurma yang disatukan dengan lumpur. Ada sembilan rumah dengan kamar-kamarnya. Rumah itu dimulai dari rumah 'Aisyah dengan pintu yang berhadapan dengan pintu kamar Rasulullah SAW, sampai rumah Asma' binti Hasan. Aku melihat rumah Ummu Salamah dan ruangan-ruangannya terbuat dari bata. Cucu laki-lakinya berkata, "Ketika Rasulullah SAW menyerang Dumatut jandal, Ummu Salamah membangun ruangan dengan bata. Ketika Rasulullah SAW datang dan melihat bata itu, beliau masuk menemui Ummu Salamah rha. dan bertanya, bangunan apa ini?' Dia menjawab, 'Ya Rasulullah SAW, aku ingin menghalangi pandangan orang'. Beliau SAW berkata, 'Wahai Ummu Salamah, hal terburuk bagi seorang Muslim dalam membelanjakan uangnya adalah untuk bangunan.'

Di antara makam dan mimbar, terdapat kamar-kamar istri Rasulullah SAW yang terbuat dari batang pohon kurma dengan pintu-pintunya yang ditutupi dengan kain wol hitam. Dan pada hari surat Walid bin Abdul Malik dibacakan, yang memerintahkan agar kamar, kamar istri-istri Rasulullah SAW tersebut disatukan dengan masjid Nabi, banyak orang yang menangis kehilangan. Sa'id bin Musayab rah.a. juga bercerita tentang hari itu, 'Demi Allah, aku berharap bahwa kamar-kamar itu dibiarkan sebagaimana adanya, sehingga orang-orang Madinah dan para pengunjung dari jauh bisa melihat seolah-olah Rasulullah SAW masih hidup. Hal itu termasuk bagian dari hal-hal yang akan memberi semangat kepada umat untuk menahan diri dari mencari dan menyibukkan diri atas sesuatu yang tidak berguna di dunia ini'.

lmran bin Abi Anas berkata, 'Di antara rumah-rumah itu ada empat buah rumah yang terbuat dari bata dengan kamar-kamar dari pohon kurma. Ada lima rumah dari batang pohon kurma dilapisi lumpur tanpa bata. Aku mengukur gordennya dan mendapati ukurannya tiga kali satu cubit, dan areanya itu sedemikian, lebih atau kurang. Sedangkan mengenai tangisan, aku bisa mengingat kembali diriku pada sebuah perkumpulan yang dihadiri sebagian sahabat Rasulullah SAW, termasuk Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu Umamah bin Sahal, dan Kharijah bin Zaid. Mereka menangis sampai janggut mereka basah oleh air mata. Tentang hari itu Abu Umamah berkata, 'Seandainya mereka membiarkan dan tidak menghancurkannya sehingga orang-orang bisa menahan diri dari membangun bangunan dan mencukupkan dengan apa yang Allah ridhai pada Rasul-Nya walaupun kunci harta dunia di tangan beliau.'